Kamis, 13 November 2008

Menangkal Penyakit Selama Musim Hujan

SUDAH siapkah Anda menghadapi musim hujan tahun ini? Seperti apa persiapan dan antisipasi Anda menghadapi musim hujan? Ingat, musim hujan hanya tidak identik dengan bencana banjir, tapi juga penyakit. Ada beberapa penyakit yang sering muncul selama musim ini, antara lain sinusitis, flu, demam berdarah, dan diare. Berikut ini ada beberapa tip untuk menghindari penyakit yang kerap menghantui Anda selama musim hujan.

Cegah Sinusitis
- Rajin-rajin cuci tangan. Tindakan sederhana ini terbukti efektif untuk mengurangi risiko tertular penyakit saluran pernapasan. Sedapat mungkin hindari kontak dengan mereka yang sedang terkena batuk pilek.

- Bila Anda menggunakan AC, sering-seringlah membersihkan penyaringnya agar debu, jamur, dan berbagai hal yang mungkin dapat mencetuskan alergi dapat dikurangi. Demikian juga dengan karpet dan sofa.

- Mengonsumsi makanan dan minuman hangat, terutama menu empat sehat lima sempurna.

- Hindari rokok dan usahakan menghirup udara pagi sambil berolahraga.

- Kenakan jas hujan atau payung ketika hujan. Gunakan penutup hidung bila berada di daerah rawan polusi.

Cegah Flu
- Beristirahat cukup. Istirahat yang cukup akan memperkuat daya tahan tubuh.

- Mencuci tangan. Mencuci tangan sangat penting untuk menghindari penularan. Sebagian virus flu menyebar lewat kontak langsung. Jadi, cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan, kalau bisa, dengan air hangat.

- Hindari kontak dengan penderita. Virus flu tersebar juga melalui udara dan air liur. Oleh karena itu, hindari pertemuan jarak dekat dengan penderita flu.

- Makan-makanan dengan gizi seimbang. Konsumsi makanan yang mengandung phytochemical. Phytochemical adalah bahan kimia alami yang ada pada tumbuhan yang memberi vitamin pada makanan. Zat jenis ini terdapat pada buah dan sayuran segar berwarna hijau, merah dan kuning gelap.

- Berolahraga secara teratur. Sempatkan diri untuk berolahraga. Tak perlu olahraga berat. Yang penting dapat dilakkukan secara teratur, seperti jogging ataupun senam ringan.

- Jangan merokok. Perokok berat lebih rentan terserang flu. Asap rokok dapat menyebabkan bagian sistem pernapasan kering, sehingga lebih mudah terserang virus.

- Minum banyak air. Air berfungsi mengangkat racun-racun yang ada dalam tubuh. Orang dewasa butuh delapan gelas air dalam sehari.

- Cegah demam berdarah. Bak atau tempat penampungan air harus ditutup untuk mencegah nyamuk bertelur di tempat itu dan dikuras paling tidak dua kali seminggu, supaya telur-telur nyamuk tidak menetas menjadi jentik.

- Usir nyamuk dengan obat nyamuk sebelum tidur, atau Anda bisa menggunakan obat nyamuk gosok.

- Jaga kerapian. Jangan menggantung baju. Lebih baik lipat saja, sebab pakaian yang tergantung bisa menjadi tempat persembunyian nyamuk aedes aegypti. Bersihkan setiap hari meja dan laci yang ada di kamar Anda. Buanglah kertas-kertas yang tak terpakai sebab laci meja yang kotor dan tak terurus juga bisa menjadi sarang nyamuk.

- Abatisasi. Abatisasi adalah menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air. Abatisasi bisa diulang setiap 2-3 bulan sekali. Abate tidak berbahaya bagi manusia. Abatisasi hanya pada tempat-tempat air tergenang, seperti bak mandi, jambangan bunga, dan selokan kecil. Jangan taburkan abate ke air yang mengalir. Abate juga baik ditaburkan ke tempat-tempat air yang sulit dikuras atau dibersihkan.

Cegah Diare
- Biasakan diri untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dan kaki setelah bepergian.

- Kenakan alas kaki untuk mencegah penyebaran dan masuknya kotoran atau parasit lewat kulit.

- Jangan membeli makanan di sembarang tempat.

- Bersihkan selokan, terutama yang tersumbat, buang sampah pada tempatnya.

- Perbanyak minum vitamin dan asupan nutrisi untuk menjaga kondisi tubuh.

- Sediakan selalu oralit di rumah.

Waspadai Demam Berdarah di Musim Hujan

Foto: Corbis
WALAU gaungnya terkalahkan oleh penyakit-penyakit baru yang bermunculan, demam berdarah tetap harus diwaspadai. Terutama di musim penghujan seperti saat ini.

Dulu, demam berdarah identik dengan musim penghujan. Seiring perubahan lingkungan dan siklus atau daur hidup nyamuk itu sendiri, penyakit mematikan ini dapat menyerang setiap saat tanpa mengenal musim. Namun, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan di musim penghujan karena banyak terdapat genangan air yang bisa menjadi sarang si nyamuk belang aedes aegypti sebagai biang penyebar demam berdarah dengue (DBD).

Hidup bersih dengan tidak membiarkan satu pun jentik nyamuk di rumah dan lingkungan sekitar merupakan upaya pencegahan terbaik. Kolumnis kesehatan, dr Handrawan Nadesul mengungkapkan, pada dasarnya kasus DBD dapat ditanggulangi asalkan tidak terlambat mendapat pertolongan medis. "Hanya sebagian kecil kasus DBD yang tergolong parah atau dengue shock syndrome," ujarnya.

Agar tidak terlambat, masyarakat perlu diajari mengenali DBD dan gejalanya lebih dini, seperti demam, kebocoran pembuluh darah, perdarahan, dan pembesaran hati. Demikian halnya dengan penatalaksanaan yang tepat, sehingga orangtua (terutama para ibu) tidak panik jika anaknya terkena demam.

Gejala demam bisa terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari. Demam pada penderita DBD sering disebut demam pelana kuda. Pasalnya, suhu tubuh penderita cenderung turun-naik (3 hari panas, hari ke-4 turun, dan naik lagi pada hari ke-5).

"Perubahan suhu ini sering kali mengecoh para ibu. Saat suhu tubuh anak yang tadinya tinggi lalu menurun, si ibu mengira anaknya sudah sembuh. Padahal bisa jadi anak mengalami syok," kata dokter spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUIRSCM, dr Hindra Irawan Satari SpA(K) M Trop Med.

Fase infeksi dengue terbagi tiga, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Pada fase demam, ibu bisa melakukan beberapa terapi demam seperti pemberian obat penurun panas, kompres hangat dan terapi suportif melalui pemberian oralit, larutan gula-garam, jus buah, dan susu.

"Pastikan anak mendapat asupan cairan dengan cara minum. Jika anak bisa buang air kecil setiap 4-6 jam, itu bisa jadi indikator bahwa cairannya sudah cukup. Selain itu, ukur suhu tubuhnya setiap 4-6 jam," ungkapnya.

Dari ketiga fase tersebut, yang paling krusial adalah penanganan pada fase kritis. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-4 dan ke-5 perjalanan penyakit dan berlangsung 24-48 jam. Obat antidemam umumnya tidak lagi diberikan pada fase ini. Tata laksana yang umum dilakukan adalah dengan mencatat tanda vital serta asupan dan keluaran cairan; memberikan oksigen pada kasus yang disertai syok; menghentikan perdarahan (kecuali kalau hanya mimisan tidak masalah); serta menghindari tindakan yang tidak perlu (misalkan pemberian obat atau zat-zat yang bisa menimbulkan traumatik).

"Pada fase kritis umumnya penderita tidak bisa makan dan minum karena tidak nafsu makan atau muntah-muntah. Jadi harus benar-benar dirawat," tutur Hindra. Dia menambahkan, jika penderita tidak dapat makan dan minum melalui mulut (apalagi terjadi syok), maka dokter biasanya akan mengindikasikan pemberian cairan infus.

Menjaga tubuh dari dehidrasi juga penting dilakukan agar demam tidak berkembang menjadi syok. Adapun pertanda dehidrasi berupa kulit, bibir dan lidah menjadi kering; tampak kehausan, sudah lama tidak buang air kecil dan kelenturan kulit menurun (bila kulit dinding perut dicubit tidak bisa membal kembali). Sedangkan tandatanda kalau sudah terancam syok di antaranya nadi cepat namun melemah, berkeringat, dan kulit dingin.

Hal lain yang tidak kalah penting dalam penanganan DBD adalah pemeriksaan darah di laboratorium medis. Ini penting untuk mengetahui terjadinya kebocoran plasma darah.
 

Design By:
SkinCorner